Rabu, 24 Februari 2010

Beras Aromatik dari Tapin

Beras aromatik yang bernama Duyung mempunyai keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan yang lainnya, antara lain: rasa nasi lebih enak, aroma khas, tidak cepat basi, beras kepala, diproduksi secara alami, dan lebih pulen.

Kabupaten Tapin sangat kaya akan kawasan agrarisnya yang dicirikan dengan luasnya peruntukannya pada sektor pertanian yakni 208.617 Ka atau 98% dari luas wilayah yaitu 214.495 Ka. Lahan kering di kabupaten Tapin merupakan salah satu potensi sebagian dimanfaatkan oleh petani untuk berbagai kondisi pertanian, antara lain padi di lahan kering atau padi gogo yang dikenal dengan Banih Gunung (Banjar).
Salah satu Banih Gunung atau padi gogo yang dominan diusahakan petani di kawasan ini adalah varietas lokal dengan nama “Duyung”. Beras Duyung memiliki aroma khas yakni baunya harum dan wangi sampai saat dimasak maupun saat dinikmati yang dapat menambah selera makan.

Padi gogo varietas Duyung dibudidayakan oleh petani di daratan pegunungan, khususnya di kawasan kecamatan Piani sebagai kawasan sentra serta kecamatan lainnya seperti Lokpaikat, Bungur, Binuang dan Hatungun.

Padi gogo varietas Duyung diusahakan oleh petani khususnya suku Dayak Tapin dan suku Banjar (orang pahuluan) dengan budidaya yang masih konvensional menurut adat dan tardisi mereka. Oleh karenanya beras Duyung dihasilkan dari cara pengelolaan yang sangat tradisional tanpa adanya sentuhan teknologi seperti saat ini. Pengusahaannyapun dengan sistem huma yang luasnya sangat terbatas dan produksi atau produktivitasnya sangat rendah.

Benih diperoleh dari hasil panen tahun yang lalu, disimpan di Atang atau Kindai tempat khusus menyimpan benih. Lahan diolah sebelum awal musim penghujan tiba dengan cara sederhana membabat gulma/tanaman perdu kemudian di bakar. Sistem ini masih baik karena tidak membuka ladang baru, sebab ladang yang pernah dikerjakan pada periode tertentu akan kembali lagi ke ladang ini.

Awal musim tanam biasanya ditandai dnegan bunyi kurung-kurung (alat tradisional suku Dayak Tapin terbuat dari bambu), bunyi kurung-kurung ini sebagai tanda dimulainya menugal padi di huma. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiangan, tanpa adanya perlakuan pemupukan maupun pestisida sampai saat panen.

Padi yang telah dipanen tidak boleh di makan/dikonsumsi) setelah dijadikan beras dan dimasak) kecuali sesudah dilakukan aruh ganal – tradisi ini berjalan di kawasan Dayak Tapin. Acara adat ini sebagai tanda syukur atas keberhasilan penen.

Dengan melihat aspek budidaya yang dilakukan ini masih kuat dengan ketradisionalannya ini, maka padi Duyung pada dasarnya merupakan beras organik.
Padi gogo varietas lokal Duyung diusahakan masih sangat terbatas, baik dari aspek produksi maupun luas pertanamannya. Pengembangan padi duyung diprogramkan melalui pemanfaatan potensi yang ada yakni dengan perluasan areal (ekstensifikasi) tanpa merubah cara budidaya selama ini.

Potensi lahan yang ada di kawasan ini adalah seluas 8.906 Ka. Areal tanam setiap tahun baru mencapai seluas 2.714 Ka. Produksi setiap tahun 4.144 ton dengan produktivitas 1-15 ton/Ka gkg.

Untuk kelestarian padi Duyung saat ini telah dikembangkan kawasan pengembangannya, terutama di kawasan asal mula dibudidayakan. Sentra pengembangannnya adalah di kawasan Piani serta Lokpaikat, Bungur, Binuang, dan Hatungun.

Pusat atau sentra pengembangan produksi di wilayah Kecamatan Piani. Pengembangan sentra ini dimaksudkan dalam rangka pelestarian padi lokal duyung yang mempunyai keistimewaan tersendiri.

Banih Gunung atau padi gogo yang terdapat di kawasan pegunungan Meratus, khususnya di kawasan Tapin pada dasarnya ada bermacam-macam varietas lokal, namun yang menonjol dan paling dominan diusahakan petani adalah varietas Duyung, kerena varietas ini memiliki keistimewaan sekaligus kelebihan dibanding varietas lain. Keistimewaan yang juga merupakan ciri khasnya adalah memiliki aroma yang harum atau wangi. Keistimewaan lainnya antara lain: rasa nasi enak, aroma khas membangkitkan selera; nasi hasil tekanan dapat dibuat pera atau pulen (lembek) sesuai selera; dalam proses produksi tanpa zat kimia, dan budidayanya sangat konvensional yang kuat dengan tradisinya.

Informasi lebih lanjut hubungi Kelompok Tani “Sumber Bahagia” Jl. Kesumagiri – Rantau – Kalimantan Selatan.

Sumber: Alif (Majalah Agribisnis Indonesia Vol 36)

1 komentar:

  1. Dimana dapat membeli benihnya? Berapa harganya?
    Ini nomor kontak saya Bingah Utomo 0811 1830919

    BalasHapus