Kamis, 18 Februari 2010

Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi varietas unggul baru

Judul asli

Factors affecting the adoption of improved varieties

Tulisan merupakan unit 1 dalam modul Menentukan Tujuan pada Kursus Pemuliaan Padi
Rice Knowledge Bank, IRRI, 2006
www.knowledgebank.irri.org

Alih bahasa oleh

Ramadhani Kurnia Adhi, 2009


Pendahuluan

Banyak kultivar padi tadah hujan dilepas dengan program nasional setiap tahun, tetapi relatif sedikit yang diadopsi oleh para petani. Jika program pemuliaan padi tadah hujan ditujukan untuk meningkatkan dampak, alasan-alasan non-adopsi harus digali.

Tujuan Pembelajaran
Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi petani terhadap kultivar padi tadah hujan;
Studi kasus penyebaran adopsi secara luas varietas padi tadah hujan;
Aturan penyebaran petani kepada petani; dan
Curah pendapat ide-ide untuk meningkatkan tingkat adopsi varietas baru.


Isi Pembelajaran
1. Mengapa tingkat adopsi varietas padi baru tadah hujan begitu rendah?
Ada tiga kemungkinan alasan pokok rendahnya tingkat adopsi varietas baru. Hal ini dibahas secara singkat di bawah ini.

a. Varietas baru mungkin tidak lebih baik dengan varietas petani sebelumnya, atau bahkan lebih jelek pada beberapa sifat-sifat penting.
Varietas-varietas baru pada banyak program pemuliaan lebih banyak dipilih dengan dasar penampilan agronomis pada stasiun percobaan dan pembibitan. Seringkali, percobaan ini dilakukan di bawah pengelolaan yang sangat berbeda dengan padi yang dikelola petani. Pupuk yang digunakan sering lebih tinggi dan pengendalian gulma lebih baik pada stasiun percobaan (meskipun hal ini tidak selalu benar). Karena itu hasil dapat lebih tinggi di stasiun daripada di lahan. Jika hal ini kasusnya, penelitian di stasiun percobaan cenderung menyukai varietas-varietas yang memiliki potensi hasil tinggi, respon N, dan indeks panen. Sifat-sifat ini tidak dapat muncul di bawah kondisi yang diinginkan di lahan. Ketika menyeleksi pemulia juga mengutamakan hasil dan ketahanan terhadap penyakit, memberikan bobot sedikit (atau tidak) kepada kualitas biji atau batang, kerontokan, atau sifat-sifat lain yang mungkin sangat penting bagi petani. Banyak varietas yang secara agronomi unggul telah gagal karena mereka kurang memiliki sifat-sifat penting bagi petani, tetapi hal ini tidak dipertimbangkan oleh pemulia.
Sebuah perencanaan yang penting dan tidak cukup dikenal dari adopsi teknologi baru oleh petani bahwa petani tidak suka mengadopsi varietas dan kebiasaan yang tidak terlalu jelas dan terlihat unggul pada kebiasaan mereka saat ini. Seringkali, varietas baru hanya unggul sedikit dari varietas sebelumnya; keunggulan varietas baru mungkin dapat dideteksi pada beberapa percobaan di banyak tempat dan lokasi, tetapi ini mungkin tidak terlalu jelas terlihat dis etiap lahan petani. Pada beberapa kasus petani sangat tidak suka untuk mengadopsi varietas baru tanpa pemberian semangat dan insentif.

b. Para petani tidak mendapatkan informasi mengenai varietas baru
Banyak program pemuliaan telah sukses dalam memproduksi varietas-varietas yang benar-benar disukai oleh petani, tetapi pada beberapa kasus adopsi tidak terjadi karena para petani pada lingkungan target tidak sadar/tahu bahwa varietas unggul itu tersedia. Walaupun pemulia sering menunjukkan penyebaran informasi mengenai varietas baru sebagai fungsi penyuluhan, mereka perlu secara aktif memberikan semangat dan membantu penyuluh dengan menyiapkan paket informasi tebaru, memimpin program seleksi varietas dan demonstrasi percontohan secara partisipatif, menjamin kecukupan jumlah benih yang tersedia untuk uji on-farm dan demonstrasi, mengatur hari bercocok tanam, dan berpartisipasi pada bazar dan perayaan pertanian di populasi target dari lingkungan (target population of environtment = TPE).

c. Para petani tidak mempunyai akses mendapatkan benih varietas baru
Kurangnya akses mendapatkan benih mungkin salah satu alasan utama dari kegagalan varietas unggul baru menyebar diantara petani. Pada sistem tadah hujan, sering tidak ada sektor produksi benih komersial yang memasarkan dan mendistribusikan benih. Pemulia biasanya bertanggung jawab pada perbanyakan benih pemulia, dan perusahaan benih pemerintah bertanggung jawab pada perbanyakan dan distribusi benih bersertifikat. Jika sistem ini tidak efektif, petani akan mempunyai kesempatan yang kecil untuk memperoleh benih. Rencana pengenalan varietas efektif yang sering digunakan berupa membuat demplot kecil, yang kadang-kadang disebut “minikit”, tersedia bagi sejumlah besar petani dengan biaya kecil atau tanpa biaya. Beberapa program mungkin perlu berlanjut untuk beberapa tahun dalam rangka menjamin integrasi yang stabil dari varietas baru dengan sistem benih lokal, karena demplot kecil petani yang ditumbuhkan dari minikit dengan mudah hilang atau tercampur dengan tanaman utama.

2.1. Studi Kasus: Penyebaran Mahsuri, varietas padi tadah hujan yang secara luas diadopsi di Asia Selatan
Varietas Mahsuri dikembangkan pada tahun 1950-an pada program persilangan Indica/Japonica di Central Rice Research Institute (CRRI) di Cuttack, Orissa (India). Tetuanya adalah Taichung 65/2*Mayang Ebos 80. Galur yang menjadi Mahsuri diseleksi penampilannya di bawah pengelolaan dengan amsukan yang tinggi di Malaysia, dan di uji di beberapa negara di Asia Selatan dan Tenggara. ini tidak begitu menarik bagi para pemulia; ini tinggi, cenderung rebah dan bertunas, mempunyai daun bendera yang menggantung dan rentan terhadap beberapa penyakit, termasuk Blast. Daun berwarna hijau pucat atau kekuningan. Akan tetapi, ini merupakan tipe kualitas yang sangat dihargai di India bagian timur, Bangladesh, Nepal, dan sebagian Burma (amilosa tinggi, tetap lembut setelah dingin, butir padi gemuk). Ini juga produktif di bawah input rendah dan terutama karena ketinggian, toleran terhadap stagnasi rendaman air antara 50-100 cm. Meskipun mula-mula tidak dilepas setelah pengujian awal, ini mulai menyebar secara cepat di luar percobaan pemulia dan disebarkan dari petani ke petani. Pada awal tahun 1970-an ini menjadi varietas padi tadah hujan yang paling luas ditanam di Asia.

2.2. Studi Kasus: Swarna, varietas pengganti Mahsuri
Swarna dikembangkan di stasiun Penelitian Maruteru di Andhra, Pradesh, dari persilangan Vasista/Mahsuri (IR8/Slo 13//Taichung 65/Mayang Ebos 80). Swarna secara resmi dilepas di Andhra, Pradesh, tetapi sekarang banyak dikembangkan di luar daerah tersebut, menyebar ke dataran tinggi India bagian timur, Terai Nepal dan lahan yang lebih tinggi di Bangladesh. Ini dikembangkan di sawah tadah hujan dataran rendah dangkal (kedalam air maksimal 50 cm) dimana perendaman bukan suatu masalah. Swarna sama kualitasnya dengan tetuanya Mahsuri, tetapi bentuknya lebih pendek dan mempunyai respon tinggi terhadap pemupukan N. Ini mempunyai sifat warna daun hijau tua. Ketika para petani mulai melihat peningkatan hasil yang besar dari penggunaan pupuk dan varietas unggul di lahan irigasi, mereka mulai tertarik pada varietas yang respon terhadap input untuk dataran rendah yang sesuai. Dengan potensi hasil yang tinggi dan kualitas yang disukai, Swarna menyebar dengan cepat, mempekerjakan berjuta hektar di Asia Selatan meskipun di wilayah di mana tidak pernah dilepas secara resmi atau bahkan diuji. Skala produksi yang luas dari Swarna memicu tekanan hama dan penyakit cepat berkembang seperti yang telah diperkirakan ketika varietas yang seragam ditanam pada wilayah yang luas; Swarna rentan terhadap Sheat Blight dan wereng coklat, dan tidak toleran terhadap kekeringan atau rendaman dalam. Ini juga berumur sangat panjang pada beberapa dataran yang lebih tinggi dimana ini sering ditanam. Namun ini mulai tergantikan secara perlahan dan akan ditanam untuk beberapa tahun ke depan. Stasiun Penelitian Andhra Pradesh yang kecil yang mengembangkan Swarna telah memberikan dampak yang luar biasa pada Asia Selatan. Ini mempunyai penilaian terkini varietas sukses yang lain dengan dilepasnya MTU1010, varietas dengan umur pendek yang secara cepat datang dan mendominasi dataran tinggi pada lahan kering di India bagian Timur.

3. Peran penyebaran dari petani ke petani suatu varietas baru
Kebanyakan petani, petani lainnya, termasuk tetangga, teman, kerabat dan pemimpin kelompok memperoleh sumber yang paling penting dari informasi dan benih varietas baru. Pertukaran petani ke petani merupakan mekanisme utama dari penyebaran secara luas dari varietas Mahsuri yang sangat sukses. Seringkali, sedikit petani sangat aktif pada pertukaran benih, menyediakan informasi dan benih kepada komunitas yang lain. Beberapa peneliti menyebut orang-orang tersebut sebagai petani nodal. Program distribusi benih dan PVS dengan sasaran petani nodal dapat mempunyai kesempatan lebih sukses daripada program yang tidak mempunyai sasaran.

4. Latihan Curah Pendapat
Siswa/peserta akan dibagi dalam grup sesuai negara. Masing-masing grup ditanya secara berurutan paling tidak satu (kalau bisa lebih) varietas yang populer, varietas padi irigasi, yang dikembangkan secara luas dan satu varietas padi tadah hujan yang dikembangkan secara luas di negara mereka dan menjawab pertanyaan berikut:
Darimana varietas itu berasal (contoh: dari stasiun percobaan, introduksi, varietas petani)?
Apakah ini diuji dan dilepas secara resmi?
Bagaimana varietas ini menyebar (contoh: program benih sektor publik, perdagangan sektor privat, distribusi dari petani ke petani)?
Salah satu anggota masing-masing kelompok akan berperan sebagai fasilitator dan menyajikan hasil kepada kelas.

Kesimpulan
1. Banyak varietas yang dilepas tidak diadopsi oleh petani.
2. Non adopsi mungkin disebabkan karena varietas tidak sesuai dengan kebutuhan petani atau karena kekurangan akses kepada benih atau informasi tentang varietas baru.
3. Seringkali, varietas yang menyebar dengan cepat dari petani ke petani itu mempunyai sifat kualitas disukai yang tinggi.

Pustaka
Mackill, D.J., Coffman W.R., Garitty, D.P. 1996. Rainfed lowland rice improvement. IRRI, Los Banos.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar