Beras aromatik yang bernama Duyung mempunyai keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan yang lainnya, antara lain: rasa nasi lebih enak, aroma khas, tidak cepat basi, beras kepala, diproduksi secara alami, dan lebih pulen.
Kabupaten Tapin sangat kaya akan kawasan agrarisnya yang dicirikan dengan luasnya peruntukannya pada sektor pertanian yakni 208.617 Ka atau 98% dari luas wilayah yaitu 214.495 Ka. Lahan kering di kabupaten Tapin merupakan salah satu potensi sebagian dimanfaatkan oleh petani untuk berbagai kondisi pertanian, antara lain padi di lahan kering atau padi gogo yang dikenal dengan Banih Gunung (Banjar).
Salah satu Banih Gunung atau padi gogo yang dominan diusahakan petani di kawasan ini adalah varietas lokal dengan nama “Duyung”. Beras Duyung memiliki aroma khas yakni baunya harum dan wangi sampai saat dimasak maupun saat dinikmati yang dapat menambah selera makan.
Padi gogo varietas Duyung dibudidayakan oleh petani di daratan pegunungan, khususnya di kawasan kecamatan Piani sebagai kawasan sentra serta kecamatan lainnya seperti Lokpaikat, Bungur, Binuang dan Hatungun.
Padi gogo varietas Duyung diusahakan oleh petani khususnya suku Dayak Tapin dan suku Banjar (orang pahuluan) dengan budidaya yang masih konvensional menurut adat dan tardisi mereka. Oleh karenanya beras Duyung dihasilkan dari cara pengelolaan yang sangat tradisional tanpa adanya sentuhan teknologi seperti saat ini. Pengusahaannyapun dengan sistem huma yang luasnya sangat terbatas dan produksi atau produktivitasnya sangat rendah.
Benih diperoleh dari hasil panen tahun yang lalu, disimpan di Atang atau Kindai tempat khusus menyimpan benih. Lahan diolah sebelum awal musim penghujan tiba dengan cara sederhana membabat gulma/tanaman perdu kemudian di bakar. Sistem ini masih baik karena tidak membuka ladang baru, sebab ladang yang pernah dikerjakan pada periode tertentu akan kembali lagi ke ladang ini.
Awal musim tanam biasanya ditandai dnegan bunyi kurung-kurung (alat tradisional suku Dayak Tapin terbuat dari bambu), bunyi kurung-kurung ini sebagai tanda dimulainya menugal padi di huma. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiangan, tanpa adanya perlakuan pemupukan maupun pestisida sampai saat panen.
Padi yang telah dipanen tidak boleh di makan/dikonsumsi) setelah dijadikan beras dan dimasak) kecuali sesudah dilakukan aruh ganal – tradisi ini berjalan di kawasan Dayak Tapin. Acara adat ini sebagai tanda syukur atas keberhasilan penen.
Dengan melihat aspek budidaya yang dilakukan ini masih kuat dengan ketradisionalannya ini, maka padi Duyung pada dasarnya merupakan beras organik.
Padi gogo varietas lokal Duyung diusahakan masih sangat terbatas, baik dari aspek produksi maupun luas pertanamannya. Pengembangan padi duyung diprogramkan melalui pemanfaatan potensi yang ada yakni dengan perluasan areal (ekstensifikasi) tanpa merubah cara budidaya selama ini.
Potensi lahan yang ada di kawasan ini adalah seluas 8.906 Ka. Areal tanam setiap tahun baru mencapai seluas 2.714 Ka. Produksi setiap tahun 4.144 ton dengan produktivitas 1-15 ton/Ka gkg.
Untuk kelestarian padi Duyung saat ini telah dikembangkan kawasan pengembangannya, terutama di kawasan asal mula dibudidayakan. Sentra pengembangannnya adalah di kawasan Piani serta Lokpaikat, Bungur, Binuang, dan Hatungun.
Pusat atau sentra pengembangan produksi di wilayah Kecamatan Piani. Pengembangan sentra ini dimaksudkan dalam rangka pelestarian padi lokal duyung yang mempunyai keistimewaan tersendiri.
Banih Gunung atau padi gogo yang terdapat di kawasan pegunungan Meratus, khususnya di kawasan Tapin pada dasarnya ada bermacam-macam varietas lokal, namun yang menonjol dan paling dominan diusahakan petani adalah varietas Duyung, kerena varietas ini memiliki keistimewaan sekaligus kelebihan dibanding varietas lain. Keistimewaan yang juga merupakan ciri khasnya adalah memiliki aroma yang harum atau wangi. Keistimewaan lainnya antara lain: rasa nasi enak, aroma khas membangkitkan selera; nasi hasil tekanan dapat dibuat pera atau pulen (lembek) sesuai selera; dalam proses produksi tanpa zat kimia, dan budidayanya sangat konvensional yang kuat dengan tradisinya.
Informasi lebih lanjut hubungi Kelompok Tani “Sumber Bahagia” Jl. Kesumagiri – Rantau – Kalimantan Selatan.
Sumber: Alif (Majalah Agribisnis Indonesia Vol 36)
Rabu, 24 Februari 2010
Gitaan
Ini satu lagi buah langka dari Kalimantan. Nama setempat yaitu Gitaan. Buahnya bulat, warnanya kuning, kalo dibuka isinya seperti manggis, rasanya asam manis. pohon gitaan tumbuh menjalar pada pohon-pohon besar. tumbuhan ini banyak ditemukan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.
ini lho Buah Gitaan itu
ini lho Buah Gitaan itu
Kamis, 18 Februari 2010
Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi varietas unggul baru
Judul asli
Factors affecting the adoption of improved varieties
Tulisan merupakan unit 1 dalam modul Menentukan Tujuan pada Kursus Pemuliaan Padi
Rice Knowledge Bank, IRRI, 2006
www.knowledgebank.irri.org
Alih bahasa oleh
Ramadhani Kurnia Adhi, 2009
Pendahuluan
Banyak kultivar padi tadah hujan dilepas dengan program nasional setiap tahun, tetapi relatif sedikit yang diadopsi oleh para petani. Jika program pemuliaan padi tadah hujan ditujukan untuk meningkatkan dampak, alasan-alasan non-adopsi harus digali.
Tujuan Pembelajaran
Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi petani terhadap kultivar padi tadah hujan;
Studi kasus penyebaran adopsi secara luas varietas padi tadah hujan;
Aturan penyebaran petani kepada petani; dan
Curah pendapat ide-ide untuk meningkatkan tingkat adopsi varietas baru.
Isi Pembelajaran
1. Mengapa tingkat adopsi varietas padi baru tadah hujan begitu rendah?
Ada tiga kemungkinan alasan pokok rendahnya tingkat adopsi varietas baru. Hal ini dibahas secara singkat di bawah ini.
a. Varietas baru mungkin tidak lebih baik dengan varietas petani sebelumnya, atau bahkan lebih jelek pada beberapa sifat-sifat penting.
Varietas-varietas baru pada banyak program pemuliaan lebih banyak dipilih dengan dasar penampilan agronomis pada stasiun percobaan dan pembibitan. Seringkali, percobaan ini dilakukan di bawah pengelolaan yang sangat berbeda dengan padi yang dikelola petani. Pupuk yang digunakan sering lebih tinggi dan pengendalian gulma lebih baik pada stasiun percobaan (meskipun hal ini tidak selalu benar). Karena itu hasil dapat lebih tinggi di stasiun daripada di lahan. Jika hal ini kasusnya, penelitian di stasiun percobaan cenderung menyukai varietas-varietas yang memiliki potensi hasil tinggi, respon N, dan indeks panen. Sifat-sifat ini tidak dapat muncul di bawah kondisi yang diinginkan di lahan. Ketika menyeleksi pemulia juga mengutamakan hasil dan ketahanan terhadap penyakit, memberikan bobot sedikit (atau tidak) kepada kualitas biji atau batang, kerontokan, atau sifat-sifat lain yang mungkin sangat penting bagi petani. Banyak varietas yang secara agronomi unggul telah gagal karena mereka kurang memiliki sifat-sifat penting bagi petani, tetapi hal ini tidak dipertimbangkan oleh pemulia.
Sebuah perencanaan yang penting dan tidak cukup dikenal dari adopsi teknologi baru oleh petani bahwa petani tidak suka mengadopsi varietas dan kebiasaan yang tidak terlalu jelas dan terlihat unggul pada kebiasaan mereka saat ini. Seringkali, varietas baru hanya unggul sedikit dari varietas sebelumnya; keunggulan varietas baru mungkin dapat dideteksi pada beberapa percobaan di banyak tempat dan lokasi, tetapi ini mungkin tidak terlalu jelas terlihat dis etiap lahan petani. Pada beberapa kasus petani sangat tidak suka untuk mengadopsi varietas baru tanpa pemberian semangat dan insentif.
b. Para petani tidak mendapatkan informasi mengenai varietas baru
Banyak program pemuliaan telah sukses dalam memproduksi varietas-varietas yang benar-benar disukai oleh petani, tetapi pada beberapa kasus adopsi tidak terjadi karena para petani pada lingkungan target tidak sadar/tahu bahwa varietas unggul itu tersedia. Walaupun pemulia sering menunjukkan penyebaran informasi mengenai varietas baru sebagai fungsi penyuluhan, mereka perlu secara aktif memberikan semangat dan membantu penyuluh dengan menyiapkan paket informasi tebaru, memimpin program seleksi varietas dan demonstrasi percontohan secara partisipatif, menjamin kecukupan jumlah benih yang tersedia untuk uji on-farm dan demonstrasi, mengatur hari bercocok tanam, dan berpartisipasi pada bazar dan perayaan pertanian di populasi target dari lingkungan (target population of environtment = TPE).
c. Para petani tidak mempunyai akses mendapatkan benih varietas baru
Kurangnya akses mendapatkan benih mungkin salah satu alasan utama dari kegagalan varietas unggul baru menyebar diantara petani. Pada sistem tadah hujan, sering tidak ada sektor produksi benih komersial yang memasarkan dan mendistribusikan benih. Pemulia biasanya bertanggung jawab pada perbanyakan benih pemulia, dan perusahaan benih pemerintah bertanggung jawab pada perbanyakan dan distribusi benih bersertifikat. Jika sistem ini tidak efektif, petani akan mempunyai kesempatan yang kecil untuk memperoleh benih. Rencana pengenalan varietas efektif yang sering digunakan berupa membuat demplot kecil, yang kadang-kadang disebut “minikit”, tersedia bagi sejumlah besar petani dengan biaya kecil atau tanpa biaya. Beberapa program mungkin perlu berlanjut untuk beberapa tahun dalam rangka menjamin integrasi yang stabil dari varietas baru dengan sistem benih lokal, karena demplot kecil petani yang ditumbuhkan dari minikit dengan mudah hilang atau tercampur dengan tanaman utama.
2.1. Studi Kasus: Penyebaran Mahsuri, varietas padi tadah hujan yang secara luas diadopsi di Asia Selatan
Varietas Mahsuri dikembangkan pada tahun 1950-an pada program persilangan Indica/Japonica di Central Rice Research Institute (CRRI) di Cuttack, Orissa (India). Tetuanya adalah Taichung 65/2*Mayang Ebos 80. Galur yang menjadi Mahsuri diseleksi penampilannya di bawah pengelolaan dengan amsukan yang tinggi di Malaysia, dan di uji di beberapa negara di Asia Selatan dan Tenggara. ini tidak begitu menarik bagi para pemulia; ini tinggi, cenderung rebah dan bertunas, mempunyai daun bendera yang menggantung dan rentan terhadap beberapa penyakit, termasuk Blast. Daun berwarna hijau pucat atau kekuningan. Akan tetapi, ini merupakan tipe kualitas yang sangat dihargai di India bagian timur, Bangladesh, Nepal, dan sebagian Burma (amilosa tinggi, tetap lembut setelah dingin, butir padi gemuk). Ini juga produktif di bawah input rendah dan terutama karena ketinggian, toleran terhadap stagnasi rendaman air antara 50-100 cm. Meskipun mula-mula tidak dilepas setelah pengujian awal, ini mulai menyebar secara cepat di luar percobaan pemulia dan disebarkan dari petani ke petani. Pada awal tahun 1970-an ini menjadi varietas padi tadah hujan yang paling luas ditanam di Asia.
2.2. Studi Kasus: Swarna, varietas pengganti Mahsuri
Swarna dikembangkan di stasiun Penelitian Maruteru di Andhra, Pradesh, dari persilangan Vasista/Mahsuri (IR8/Slo 13//Taichung 65/Mayang Ebos 80). Swarna secara resmi dilepas di Andhra, Pradesh, tetapi sekarang banyak dikembangkan di luar daerah tersebut, menyebar ke dataran tinggi India bagian timur, Terai Nepal dan lahan yang lebih tinggi di Bangladesh. Ini dikembangkan di sawah tadah hujan dataran rendah dangkal (kedalam air maksimal 50 cm) dimana perendaman bukan suatu masalah. Swarna sama kualitasnya dengan tetuanya Mahsuri, tetapi bentuknya lebih pendek dan mempunyai respon tinggi terhadap pemupukan N. Ini mempunyai sifat warna daun hijau tua. Ketika para petani mulai melihat peningkatan hasil yang besar dari penggunaan pupuk dan varietas unggul di lahan irigasi, mereka mulai tertarik pada varietas yang respon terhadap input untuk dataran rendah yang sesuai. Dengan potensi hasil yang tinggi dan kualitas yang disukai, Swarna menyebar dengan cepat, mempekerjakan berjuta hektar di Asia Selatan meskipun di wilayah di mana tidak pernah dilepas secara resmi atau bahkan diuji. Skala produksi yang luas dari Swarna memicu tekanan hama dan penyakit cepat berkembang seperti yang telah diperkirakan ketika varietas yang seragam ditanam pada wilayah yang luas; Swarna rentan terhadap Sheat Blight dan wereng coklat, dan tidak toleran terhadap kekeringan atau rendaman dalam. Ini juga berumur sangat panjang pada beberapa dataran yang lebih tinggi dimana ini sering ditanam. Namun ini mulai tergantikan secara perlahan dan akan ditanam untuk beberapa tahun ke depan. Stasiun Penelitian Andhra Pradesh yang kecil yang mengembangkan Swarna telah memberikan dampak yang luar biasa pada Asia Selatan. Ini mempunyai penilaian terkini varietas sukses yang lain dengan dilepasnya MTU1010, varietas dengan umur pendek yang secara cepat datang dan mendominasi dataran tinggi pada lahan kering di India bagian Timur.
3. Peran penyebaran dari petani ke petani suatu varietas baru
Kebanyakan petani, petani lainnya, termasuk tetangga, teman, kerabat dan pemimpin kelompok memperoleh sumber yang paling penting dari informasi dan benih varietas baru. Pertukaran petani ke petani merupakan mekanisme utama dari penyebaran secara luas dari varietas Mahsuri yang sangat sukses. Seringkali, sedikit petani sangat aktif pada pertukaran benih, menyediakan informasi dan benih kepada komunitas yang lain. Beberapa peneliti menyebut orang-orang tersebut sebagai petani nodal. Program distribusi benih dan PVS dengan sasaran petani nodal dapat mempunyai kesempatan lebih sukses daripada program yang tidak mempunyai sasaran.
4. Latihan Curah Pendapat
Siswa/peserta akan dibagi dalam grup sesuai negara. Masing-masing grup ditanya secara berurutan paling tidak satu (kalau bisa lebih) varietas yang populer, varietas padi irigasi, yang dikembangkan secara luas dan satu varietas padi tadah hujan yang dikembangkan secara luas di negara mereka dan menjawab pertanyaan berikut:
Darimana varietas itu berasal (contoh: dari stasiun percobaan, introduksi, varietas petani)?
Apakah ini diuji dan dilepas secara resmi?
Bagaimana varietas ini menyebar (contoh: program benih sektor publik, perdagangan sektor privat, distribusi dari petani ke petani)?
Salah satu anggota masing-masing kelompok akan berperan sebagai fasilitator dan menyajikan hasil kepada kelas.
Kesimpulan
1. Banyak varietas yang dilepas tidak diadopsi oleh petani.
2. Non adopsi mungkin disebabkan karena varietas tidak sesuai dengan kebutuhan petani atau karena kekurangan akses kepada benih atau informasi tentang varietas baru.
3. Seringkali, varietas yang menyebar dengan cepat dari petani ke petani itu mempunyai sifat kualitas disukai yang tinggi.
Pustaka
Mackill, D.J., Coffman W.R., Garitty, D.P. 1996. Rainfed lowland rice improvement. IRRI, Los Banos.
Factors affecting the adoption of improved varieties
Tulisan merupakan unit 1 dalam modul Menentukan Tujuan pada Kursus Pemuliaan Padi
Rice Knowledge Bank, IRRI, 2006
www.knowledgebank.irri.org
Alih bahasa oleh
Ramadhani Kurnia Adhi, 2009
Pendahuluan
Banyak kultivar padi tadah hujan dilepas dengan program nasional setiap tahun, tetapi relatif sedikit yang diadopsi oleh para petani. Jika program pemuliaan padi tadah hujan ditujukan untuk meningkatkan dampak, alasan-alasan non-adopsi harus digali.
Tujuan Pembelajaran
Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi petani terhadap kultivar padi tadah hujan;
Studi kasus penyebaran adopsi secara luas varietas padi tadah hujan;
Aturan penyebaran petani kepada petani; dan
Curah pendapat ide-ide untuk meningkatkan tingkat adopsi varietas baru.
Isi Pembelajaran
1. Mengapa tingkat adopsi varietas padi baru tadah hujan begitu rendah?
Ada tiga kemungkinan alasan pokok rendahnya tingkat adopsi varietas baru. Hal ini dibahas secara singkat di bawah ini.
a. Varietas baru mungkin tidak lebih baik dengan varietas petani sebelumnya, atau bahkan lebih jelek pada beberapa sifat-sifat penting.
Varietas-varietas baru pada banyak program pemuliaan lebih banyak dipilih dengan dasar penampilan agronomis pada stasiun percobaan dan pembibitan. Seringkali, percobaan ini dilakukan di bawah pengelolaan yang sangat berbeda dengan padi yang dikelola petani. Pupuk yang digunakan sering lebih tinggi dan pengendalian gulma lebih baik pada stasiun percobaan (meskipun hal ini tidak selalu benar). Karena itu hasil dapat lebih tinggi di stasiun daripada di lahan. Jika hal ini kasusnya, penelitian di stasiun percobaan cenderung menyukai varietas-varietas yang memiliki potensi hasil tinggi, respon N, dan indeks panen. Sifat-sifat ini tidak dapat muncul di bawah kondisi yang diinginkan di lahan. Ketika menyeleksi pemulia juga mengutamakan hasil dan ketahanan terhadap penyakit, memberikan bobot sedikit (atau tidak) kepada kualitas biji atau batang, kerontokan, atau sifat-sifat lain yang mungkin sangat penting bagi petani. Banyak varietas yang secara agronomi unggul telah gagal karena mereka kurang memiliki sifat-sifat penting bagi petani, tetapi hal ini tidak dipertimbangkan oleh pemulia.
Sebuah perencanaan yang penting dan tidak cukup dikenal dari adopsi teknologi baru oleh petani bahwa petani tidak suka mengadopsi varietas dan kebiasaan yang tidak terlalu jelas dan terlihat unggul pada kebiasaan mereka saat ini. Seringkali, varietas baru hanya unggul sedikit dari varietas sebelumnya; keunggulan varietas baru mungkin dapat dideteksi pada beberapa percobaan di banyak tempat dan lokasi, tetapi ini mungkin tidak terlalu jelas terlihat dis etiap lahan petani. Pada beberapa kasus petani sangat tidak suka untuk mengadopsi varietas baru tanpa pemberian semangat dan insentif.
b. Para petani tidak mendapatkan informasi mengenai varietas baru
Banyak program pemuliaan telah sukses dalam memproduksi varietas-varietas yang benar-benar disukai oleh petani, tetapi pada beberapa kasus adopsi tidak terjadi karena para petani pada lingkungan target tidak sadar/tahu bahwa varietas unggul itu tersedia. Walaupun pemulia sering menunjukkan penyebaran informasi mengenai varietas baru sebagai fungsi penyuluhan, mereka perlu secara aktif memberikan semangat dan membantu penyuluh dengan menyiapkan paket informasi tebaru, memimpin program seleksi varietas dan demonstrasi percontohan secara partisipatif, menjamin kecukupan jumlah benih yang tersedia untuk uji on-farm dan demonstrasi, mengatur hari bercocok tanam, dan berpartisipasi pada bazar dan perayaan pertanian di populasi target dari lingkungan (target population of environtment = TPE).
c. Para petani tidak mempunyai akses mendapatkan benih varietas baru
Kurangnya akses mendapatkan benih mungkin salah satu alasan utama dari kegagalan varietas unggul baru menyebar diantara petani. Pada sistem tadah hujan, sering tidak ada sektor produksi benih komersial yang memasarkan dan mendistribusikan benih. Pemulia biasanya bertanggung jawab pada perbanyakan benih pemulia, dan perusahaan benih pemerintah bertanggung jawab pada perbanyakan dan distribusi benih bersertifikat. Jika sistem ini tidak efektif, petani akan mempunyai kesempatan yang kecil untuk memperoleh benih. Rencana pengenalan varietas efektif yang sering digunakan berupa membuat demplot kecil, yang kadang-kadang disebut “minikit”, tersedia bagi sejumlah besar petani dengan biaya kecil atau tanpa biaya. Beberapa program mungkin perlu berlanjut untuk beberapa tahun dalam rangka menjamin integrasi yang stabil dari varietas baru dengan sistem benih lokal, karena demplot kecil petani yang ditumbuhkan dari minikit dengan mudah hilang atau tercampur dengan tanaman utama.
2.1. Studi Kasus: Penyebaran Mahsuri, varietas padi tadah hujan yang secara luas diadopsi di Asia Selatan
Varietas Mahsuri dikembangkan pada tahun 1950-an pada program persilangan Indica/Japonica di Central Rice Research Institute (CRRI) di Cuttack, Orissa (India). Tetuanya adalah Taichung 65/2*Mayang Ebos 80. Galur yang menjadi Mahsuri diseleksi penampilannya di bawah pengelolaan dengan amsukan yang tinggi di Malaysia, dan di uji di beberapa negara di Asia Selatan dan Tenggara. ini tidak begitu menarik bagi para pemulia; ini tinggi, cenderung rebah dan bertunas, mempunyai daun bendera yang menggantung dan rentan terhadap beberapa penyakit, termasuk Blast. Daun berwarna hijau pucat atau kekuningan. Akan tetapi, ini merupakan tipe kualitas yang sangat dihargai di India bagian timur, Bangladesh, Nepal, dan sebagian Burma (amilosa tinggi, tetap lembut setelah dingin, butir padi gemuk). Ini juga produktif di bawah input rendah dan terutama karena ketinggian, toleran terhadap stagnasi rendaman air antara 50-100 cm. Meskipun mula-mula tidak dilepas setelah pengujian awal, ini mulai menyebar secara cepat di luar percobaan pemulia dan disebarkan dari petani ke petani. Pada awal tahun 1970-an ini menjadi varietas padi tadah hujan yang paling luas ditanam di Asia.
2.2. Studi Kasus: Swarna, varietas pengganti Mahsuri
Swarna dikembangkan di stasiun Penelitian Maruteru di Andhra, Pradesh, dari persilangan Vasista/Mahsuri (IR8/Slo 13//Taichung 65/Mayang Ebos 80). Swarna secara resmi dilepas di Andhra, Pradesh, tetapi sekarang banyak dikembangkan di luar daerah tersebut, menyebar ke dataran tinggi India bagian timur, Terai Nepal dan lahan yang lebih tinggi di Bangladesh. Ini dikembangkan di sawah tadah hujan dataran rendah dangkal (kedalam air maksimal 50 cm) dimana perendaman bukan suatu masalah. Swarna sama kualitasnya dengan tetuanya Mahsuri, tetapi bentuknya lebih pendek dan mempunyai respon tinggi terhadap pemupukan N. Ini mempunyai sifat warna daun hijau tua. Ketika para petani mulai melihat peningkatan hasil yang besar dari penggunaan pupuk dan varietas unggul di lahan irigasi, mereka mulai tertarik pada varietas yang respon terhadap input untuk dataran rendah yang sesuai. Dengan potensi hasil yang tinggi dan kualitas yang disukai, Swarna menyebar dengan cepat, mempekerjakan berjuta hektar di Asia Selatan meskipun di wilayah di mana tidak pernah dilepas secara resmi atau bahkan diuji. Skala produksi yang luas dari Swarna memicu tekanan hama dan penyakit cepat berkembang seperti yang telah diperkirakan ketika varietas yang seragam ditanam pada wilayah yang luas; Swarna rentan terhadap Sheat Blight dan wereng coklat, dan tidak toleran terhadap kekeringan atau rendaman dalam. Ini juga berumur sangat panjang pada beberapa dataran yang lebih tinggi dimana ini sering ditanam. Namun ini mulai tergantikan secara perlahan dan akan ditanam untuk beberapa tahun ke depan. Stasiun Penelitian Andhra Pradesh yang kecil yang mengembangkan Swarna telah memberikan dampak yang luar biasa pada Asia Selatan. Ini mempunyai penilaian terkini varietas sukses yang lain dengan dilepasnya MTU1010, varietas dengan umur pendek yang secara cepat datang dan mendominasi dataran tinggi pada lahan kering di India bagian Timur.
3. Peran penyebaran dari petani ke petani suatu varietas baru
Kebanyakan petani, petani lainnya, termasuk tetangga, teman, kerabat dan pemimpin kelompok memperoleh sumber yang paling penting dari informasi dan benih varietas baru. Pertukaran petani ke petani merupakan mekanisme utama dari penyebaran secara luas dari varietas Mahsuri yang sangat sukses. Seringkali, sedikit petani sangat aktif pada pertukaran benih, menyediakan informasi dan benih kepada komunitas yang lain. Beberapa peneliti menyebut orang-orang tersebut sebagai petani nodal. Program distribusi benih dan PVS dengan sasaran petani nodal dapat mempunyai kesempatan lebih sukses daripada program yang tidak mempunyai sasaran.
4. Latihan Curah Pendapat
Siswa/peserta akan dibagi dalam grup sesuai negara. Masing-masing grup ditanya secara berurutan paling tidak satu (kalau bisa lebih) varietas yang populer, varietas padi irigasi, yang dikembangkan secara luas dan satu varietas padi tadah hujan yang dikembangkan secara luas di negara mereka dan menjawab pertanyaan berikut:
Darimana varietas itu berasal (contoh: dari stasiun percobaan, introduksi, varietas petani)?
Apakah ini diuji dan dilepas secara resmi?
Bagaimana varietas ini menyebar (contoh: program benih sektor publik, perdagangan sektor privat, distribusi dari petani ke petani)?
Salah satu anggota masing-masing kelompok akan berperan sebagai fasilitator dan menyajikan hasil kepada kelas.
Kesimpulan
1. Banyak varietas yang dilepas tidak diadopsi oleh petani.
2. Non adopsi mungkin disebabkan karena varietas tidak sesuai dengan kebutuhan petani atau karena kekurangan akses kepada benih atau informasi tentang varietas baru.
3. Seringkali, varietas yang menyebar dengan cepat dari petani ke petani itu mempunyai sifat kualitas disukai yang tinggi.
Pustaka
Mackill, D.J., Coffman W.R., Garitty, D.P. 1996. Rainfed lowland rice improvement. IRRI, Los Banos.
Menantang Konsep dan Strategi Baru untuk Pemuliaan dan Perbanyakan Tanaman Organik
Judul asli
Challenging new concepts and strategies for organic plant breeding and propagation
Penulis
E.T. Lammert van Beuren1
1 Louis Bolk Institute, Hoofdstraat 24, NL-3972 LA Driebergen, the Netherlands
Contact: e.lammerts@louisbolk.nl, (+31) 343 523860
Tulisan dipublikasikan pada Eucarpia Leafy Vegetable 2003
(eds. Th. J.L. van Hintum, A. Lebeda, D. Pink, J.W. Schut)
Alih bahasa oleh
Ramadhani Kurnia Adhi, 2009
Abstrak
Pertanian organik adalah sektor yang berkembang dan membutuhkan pengembangan varietas untuk optimalisasi lebih lanjut dari sistem pertaniannya. Peraturan UE 2092/91 tentang pertanian organik yang menetapkan rantai produksi organik yang berarti setelah tahun 2003, benih dan bahan tanaman untuk pertanian organik harus diperbanyak secara organik. Langkah pertama adalah mengidentifikasi varietas terbaik yang ada, yang secara konvensional dimuliakan untuk praktek organik dan perbanyakan secara organik. Idiotipe tanaman adalah instrumen untuk meningkatkan komunikasi petani dengan perusahaan benih mengenai kebutuhan varietas. Pertanian organik tidak hanya fokus pada varietas dengan sifat yang beradaptasi lebih baik secara ekologis tetapi juga varietas yang dimuliakan dan diperbanyak dengan teknik yang sesuai dengan prinsip dasar pertanian organik. The International Federation for Organic Agriculture Movements (IFOAM) telah menyusun konsep standar untuk memberikan arah pada pemuliaan tanaman organik pada semua tingkat tanaman. Prinsip ekologi dan etika menantang sektor pemuliaan untuk mengembangkan konsep dan strategi baru atau tambahan untuk organik, sistem pertanian rendah masukan.
Kata Kunci: pertanian organik, idiotipe tanaman, konsep varietas
Pendahuluan
Pertanian organik mendapat pengakuan yang terus meningkat dari segi sosial, politik dan keilmuan untuk konstribusinya pada pertanian berkelanjutan. Pada skala dunia, 17 juta hektar ditanam secara organik. Australia memimpin dengan 7,7 juta ha diikuti oleh Argentina (2,8 juta ha) dan Italia (1 Juta ha) (Yussefi and Willer, 2002). Wilayah (ha) dengan pertanian organik di Eropa yang telah di kembangkan antara 1998 sampai 2001 seluas 1,3 juta ha. Rata-rata populasi wilayah organik dengan total lahan pada negara-negara uni eropa adalah 2,8 %; untuk belanda 1,9% pada Juli 2002. Karena kebanyakan pemerintah Eropa berusaha keras untuk mengembangkan pertanian organik sampai 10% pada tahun 2010, ada kebutuhan untuk mengembangkan varietas, bukan hanya mengembangkan produksi benih organik tetapi juga melalui pengembangan preogram pemuliaan organik untuk verietas yang beradaptasi lebih baik.
Petani organik mempunyai ketergantungan yang panjang pada varietas konvensional dan produksi benih dan telah menerimanya sampai aspek lain pertanian organik pertama kali dibangun. Petani organik untung dari pengembangan pemuliaan konvensional, tetapi hal ini tidak menyatakan bahwa itu merupakan varietas terbaik untuk digunakan pada sistem pertanian organik. Varietas yang dipasok oleh perusahaan benih konvensional dikembangkan untuk sistem pertanian dengan aplikasi pupuk buatan dan agrokimia yang tinggi. Bagaimanapun, pertanian organik diarahkan pada sistem dengan input rendah dan menahan diri dari masukan agrokimia. Untuk dapat menghindari macam input tersebut, pengembangan dan aplikasi strategi agrekologi diperlukan. Hal ini diperoleh pada dasar sistem pertanian yang berbeda yang dibandingkan dengan pertanian konvensional, terutama dengan memandang pada kesuburan tanah dan pengelolaan hama dan penyakit. Oleh karena itu petani organik membutuhkan varietas (baru) dengan sifat yang berdadaptasi lebih baik dengan petani seperti ini untuk dapat lebih optimis pada sistem pertanian organik.
Bagaimanapun, langkah awal kepada pemuliaan tanaman untuk sistem pertanian organik adalah perbanyakan secara organik pada varietas yang paling cocok yang ada. Sekarang, secara konvensional diproduksi tetapi benih yang tidak diperlakukan secara kimia (setelah Panen) diperbolehkan karena kurangnya benih yang diproduksi secara organik. Agar konsisten dan dapat lebih dipercaya dari konsumen bahwa tidak lagi mengandalkan pada masukan konvensional yang diproduski dengan perlakuan kimia, sektor organik perlu untuk menutup rantai organik, dan dengan demimkian mengembangkan skema yang efisien untuk memproduksi benih yang diproduksi secara organik dan bahan tanam dengan jumlah yang memadai. Peraturan EU 2092/91 menyebutkan benih organik (bahan tanam) sebagai benih (bahan tanam) yang diproduksi dari tanaman yang ditanam dan ditumbuhkan secara organik paling tidak dalam satu generai untuk tanaman setahun dan dua musim tanam untuk tanaman dua tahunan dan tanaman tahunan. Peraturan EU 2092/91 untuk pertanian organik akan mendorong tidak adanya pelanggaran dalam penggunaan benih yang diperbanyak secara konvensional dari tahun 2004 ke depan. Hanya penggunaan benih yang diperbanyak secara organik yang diperbolehkan untuk tanaman terdaftar dimana varietas yang cukup dan jumlahnya tersedia. Beberapa pionir petani dan pemulia organik di negara-negara Eropa yang berbeda mulai memperbanyak varietas yang bebas hak pemulia dan juga memulai program pertanian organik beberapa dekade lalu. Bagaimanapun, sekarang ini penting untuk sektor benih konvensional untuk membuat sebuah komitmen untuk meningkatkan dan menyediakan pasar organik dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik bagi benih yang diperbanyak secara organik dari varietas sekarang.
Dalam tulisan ini akan diberikan gambaran singkat mengenai keadaan seni, tantangan utama, penghalang dan peluang bagi produksi benih organik dan pemuliaan tanaman, menurut prinsip ekologi dan etika pertanian organik.
Bahan dan Metode
Tulisan ini didasarkan pada beberapa proyek penelitian dan pengembangan yang dilakukan sejak 1993 pada Louis Bolk Institute, dengan spesialisasi penelitian untuk pertanian organik, perawatan kesehatan manusia dan nutrisi (Lammert van Bueren, 1994; Lammert van Bueren et.al, 1999; Lammert van Bueren et. Al. 2001; Lammert van Bueren et al. 2002a). Proyek ini termasuk investigasi hambatan perusahaan benih untuk memulai perbanyakan secara organik dari suatu varietas untuk sistem pertanian organik, dan proses mengembangkan kriteria maupun diskusi nasional dan internasional peda penilaian teknik pemuliaan dan perbanyakan yang cocok dengan prinsip pertanian organik. Untuk mempersiapkan ekspo pada tahun 2004, beberapa percobaan varietas di tahun terakhir telah disusun dengan petani organik untuk memulai varietas di bawah kondisi organik dan untuk mendefinisikan idiotipe tanaman. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi sifat varietas yang disukai dalam rangka komunikasi yang lebih baik mengenai kebutuhan pertanian organik kepada perusahaan benih konvensional yang belum dikenal dengan kemungkinan dan batasan sistem pertanian organik (Lammert van Bueren et al. 2001, 2002b). Hasil ini dan gambaran penting telah dimasukkan pada tesis PhD di Wangeningen University (Lammert van Bueren, 2002).
Hasil dan Pembahasan
Ciri-ciri varietas
Sistem pertanian organik bertujuan pada memudahkan tekanan penyakit dengan menghindarkan stress saat pengembangan tanaman. Dengan demikian petani organik bertujuan pada kapasitas keuletan dan daya dukung pada semua level ekosistem lahan organik (lahan, tanam, tingkat varietas), dengan menstimulasi peraturan internal melalui kemampuan agrobiodiversitas di dalam dan di atas tanah, daripada peraturan luar dengan perlindungan kimia. Dengan membandingkan pada sistem pertanian konvensional, hal ini menunjukkan kebutuhan yang besar untuk varietas “dapat diandalkan”, yang berarti varietas dengan fleksibilitas tinggi untuk mengatasi beberapa kondisi. Sekarang petani organik lebih memberikan tekanan pada stabilitas hasil yang lebih tinggi tiap tahunnya dibanding hasil tinggi dengan resiko kehilangan hasil karena rentan terhadap penyakit. Hal ini menunjukkan lebih dari hanya sesudah sifat ketahanan potensial terhadap hama dan penyakit. Langkah petani organik dalam menilai menunjukkan bahwa mereka fokus pada keragaman aspek agroekologi yang menghasilkan idiotipe tanaman organik dengan beberapa arsitektur tanaman tambahan dan pertumbuhan yang dinamis yang dapat secara langsung atau tidak langsung berperan pada stabilitas hasil dan mengurangi resiko kehilangan kulitas dan hasil. Untuk sayuran daun sebagai contoh, penting bagi mereka untuk mempunyai kemampuan tumbuh pada kondisi awal musim semi ketika suhu tanah rendah dan juga mineralisasi unsur hara organik. Perhatian lebih diperlukan untuk dibayarkan pada pengembangan geometri akar yang lebih baik (kedalaman dan sistem perakaran yang baik), untuk lebih efisien dalam penyerapan air dan unsur hara dan kemampuan untuk memelihara pertumbuhan tanaman tanpa cekaman di bawah ketersediaan air dan unsur hara yang berfluktuasi.
Konsekuensi kehilangan akibat hama dan penyakit pada sistem pertanian organik berbeda-beda tergantung pada wilayah, tanaman, struktur tanah dan permintaan pasar. Secara umum, hasil pada pertanian organik 20% lebih rendah karena input nitrogen yang rendah (lebih dari 50% kekurangan nitrogen) dan pada beberapa kasus karena hama dan penyakit (Mader et al. 2002). Optimalisasi lebih lanjut produksi organik dapat didukung jika stabilitas hasil meningkat melalui pengawasan yang lebih baik.
Dari studi komparatif antara sistem konvensional dan sistem organik/input yang dikurangi, van Bruggen (1995) menyatakan bahwa dalam pertanian organik atau input yang dikurangi hama dan penyakit akar umumnya kurang menjadi masalah dibanding penyakit daun, karena perkembangan penyakit daun lebih dipengaruhi oleh faktor iklim. Banyak penyakit akar yang dapat dihilangkan dengan pergiliran tanaman dalam sistem organik. Untuk kebanyakan penyakit tular udara, pengelolaan tanaman yang baik dengan menghindari tekanan akan meningkatkan toleransi suatu tanaman. Bagaimanapun, elemen mendasar dalam sistem pertanian organik adalah untuk mendapatkan keuntungan dan menjaga kesuburan tanah dengan kehidupan tanah yang aktif yang berkonstribusi pada ketersediaan unsur hara, struktur tanah yang baik dan pemupukan tanaman spesifik untuk menyangga dan ketahanan pada pertumbuhan tanaman yang tidak seimbang. Sektor organik kekurangan ketersediaan semprotan “alam”. Hanya sedikit semprotan yang diperbolehkan dalam sektor organik dasar seperti Bacillus thuringiensis, Pyrethrum, dan bukan fokus utama sistem pertanian organik.
Sejak pengembang organik mempunyai beberapa koreksi yang tepat dan cepat , bertentangan dengan kolega konvensionalnya, akan memberikan prioritas yang lebih pada ketahanan varietas terhadap penyakit. Jika ini berhubungan dengan produktivitas yang kurang. Karena beberapa kasus, pengembang organik dapat menjaga tekanan penyakit tetap rewndah dengan rotasi yang banyak dan input nitrogen rendah, fokusnya tidak hanya pada varietas dengan ketahanan terhadap penyakit yang absolut, pada beberapa kasus ketahanan lahan dapat cukup. Hal ini dapat sulit untuk mencapai sayuran daun ketika produk keseluruhan dipanen dan dijual. Bagaimanapun, dalam kasus Bremia, ini berguna meneliti kemungkinan memilih untuk selada tipe tersebut yang memungkinkan jamur pada tahap dimana hanya menginfeksi yang tua, dimana daun terluar tidak dipanen.
Perbanyakan Organik
Dengan beberapa tanaman seperti sereal dan kentang, sektor organik telah memperoleh keuntungan beberapa tahun percobaan dengan perbanyakan oranik dan sejak permulaan tahun 90-an, hampir 100% benih dan umbi yang diproduksi secara organik telah tersedia. Situasi ini hampir berbeda dengan perbanyakan organik benih sayuran. Beberapa perusahaan benih konvensional hanya baru memulai diskusi untuk perbanyakan organik untuk beberapa varietas. Terutama tanaman dua tahun dengan varietas hibrida paling sulit untuk diperbanyak, dan pergiliran campuran sangat diharapkan. Tanpa perlindungan kimiawi, beberapa galur tetua terlalu rentan untuk diperbanyak. Untuk beberapa perusahaan benih, pengalaman praktis menunjukkan bahwa untuk tanaman tahunan, tanaman sayuran dan tanaman menyerbuk silang masalahnya kurang menyulitkan.
Tentu saja ada masalah pasar yang berhubungan dengan wilayah yang terbentang di bawah budidaya organik dan dengan demikian wilayah produksi benih tiap varietas menyebabkan biaya yang tinggi dibanding produksi benih konvensional. Hal ini mengimplikasikan bahwa campuran organik varietas tiap tanaman akan terbatas. Karena masih ada pengalaman yang terbentuk di sekitar benih formal dengan produksi benih organik tanpa input bahan kimia, banyak masalah teknis terjadi. Strategi perbanyakan organik membutuhkan pengembanga langkah yang baik dimulai dengan ketersediaan unsur hara organik, pergiliran tanaman yang baik untuk mengendalikan gulma dan masalah penyakit yang berhubungan dengan tanah, dan menemukan lokasi yang paling baik dengan tekanan penyakit tular udara yang rendah agar hasilnya optimal. Khusus penyakit tular benih dan kualitas benih membutuhkan perhatian dan usaha penelitian lebih lanjut. Selanjutnya, usaha yang besar diperlukan untuk membangun varietas untuk produksi benih yang sulit, menyusun undang-undang untuk pengujian kesehatan benih, menaksir nilai batas dan mendesai penilaian benih organik.
Hasil perkiraan sebuah penyelidikan pengaturan tahun 2002 oleh European Seed Association (ESA) diantara 10 perusahaan benih sayuran Eropa menunjukan bahwa di tahun 2004 benih organik dengan kualitas yang baik dan bahan tanam dengan jumlah yang cukup untuk segmen pasar yang berbeda akan tersedian untuk tnaman paling penting (80%). Panduan benih hijau, yang setiap tahun diedti oleh Louis Bolk Institute, menunjukkan pertumbuhan yang stabil dari varietas yang tersedia. Beberapa perusahaan benih menunggu sampai akhir Januari 2004 sebelum menjual bermacam-macam organik secara komplit, karena itu jumlah varietas akan diperluas dengan pasti (Lammert van Bueren et al., 2002a).
Hal ini dapat diperkirakan bahwa produksi benih organik akan menjadi nyata ketika pengalaman yang lebih dan hasil penelitian diperoleh untuk mengoptimiskan perbanyakan organik benih dan bahan tanam. Selain itu, penting untuk memperbolehkan pengembangan alternatif dan perlakuan benih tambahan. Sebagai contoh, perlakuan air panas atau uap dan penggunaan antagonis atau perlakuan aplikasi bahan alam seperti bubuk mustrad sudah tersedia (Groot, 2002). Penting untuk memastikan komitmen perusahaan benih adalah komunikasi yang baik dan komitmen bersama petani, penjual, pemulia dan pemerintah. Saat ini, bagaimanapun, aspek paling penting untuk komitmen bagi perusahaan benih dan pengembang organik adalah melaksanakan undang-undang EU dengan seksama. Untuk tanaman dengan campuran yang cukup, jumlah dan kualitas benih dan bahan tanam, pelanggaran untuk penggunaan benih konvensional seharusnya tidak diperbolehkan setelah 2003.
Pemuliaan Tanaman Organik
Dalam jangka pendek dan menengah, idiotipe tanaman tiap tanaman di tiap segmen pasar dapat membantu dalam seleksi varietas terbaik yang tersedia diantara yang ada dan juga dapat diperbanyak secara organik. Dalam jangka panjang, pemulia dapat mempengaruhi pengembangan lebih lanjut dari produksi benih yang tidak hanya dengan diperbanyak secara organik yang paling cocok dengan varietas yang ada, tetapi juga dengan memindahkan sifat-sifat organik pada program pemuliaan ke depan. Karena pasarnya kecil, adaptasi pertanian organik tidak mendapat prioritas yang cukup dalam program pemuliaan konvensional sampai sekarang. Pada beberapa kasus gen pool baru dan yang sudah diperluas seharusnya dibangun dengan persilangan komposit atau populasi diantara sejumlah besar tetua/varietas terpilih untuk menjadi genotipe yang beradaptasi lebih baik. Chable (2003) baru-baru ini mempresentasikan program pemuliaan organik – INRA untuk Brassica yang berasal dari populasi baru. Karena perkiraan interaksi tanaman x lingkungan x pengelolaan yang luas di bawah kondisi input rendah (organik) pada pertanian organik, langkah yang paling efisien adalah memilih seawal mungkin pada proses seleksi.
Sepanjang p[encarian strategi pemuliaan yang baru untuk sistem pemuliaan organik ada sebuah diskusi yang terus dilakukan mengenai teknik pemuliaan mana yang cocok dengan prinsip ekologi dan etika dalam pertanian organik. Diskusi ini dimulai saat rekayasa genetika menjadi penting dalam pemuliaan dan petani organik menyadari bahwa mereka tidak hanya terkait dengan sifat varietas tertapi juga bagaimana varietas itu dimuliakan dan diperbanyak. Tahun 1997, kementrian pertanian Belanda menanyakan kepada Louis Bolk Institute untuk membuat kriteria dan menaksir semua teknik pemuliaan yang cock dengan prinsip ekologi dalam pertanian organik (Lammert van Bueren et al., 1999). Dalam Lammert van Bueren et al. (2002c) teknik pemuliaan dan perbanyakan yang ditaksir dari prinsip etika pertanian organik menhormati perpaduan tanaman berdasarkan kemampuan dan halangan reproduktif secara alami, dan hubungan mereka dengan kehidupan tanah. Organisasi dunia yang menangani pertanian organik IFOAM (International Federation for Organic Agriculture Movements) telah memaparkan naskah resmi mengenai definisi dan standar untuk pemuliaan tanaman organik dan tekanannya, dan telah membuat arah untuk pengembangan dan diskusi lebih lanjut (IFOAM, 2002). Secara ringkas, standar ini menjadi masukan bahwa program pemuliaan organik tidak harus didasarkan pada teknik in vitro atau modifikasi genetik.
Harapan
Sektor organik menantang sektor benih konvensional untuk membangun tambahan dan pendekatan baru untuk pemuliaan tanaman organik dan perbanyakannya. Pemuliaan tanaman organik tidak harus mempertimbangkan strategi yang hanya tidak memasukkan beberapa teknik, tetapi satu hal penting yang dapat membuka pandangan baru untuk mengembangkan varietas organik pada arah yang sekarang mendapat perhatian.
Wilayang yang terbatas dari pertanian organik akan menjadi leher botol dalam perhatian ekonomi dalam membangun program pemuliaan spesifik untuk sistem pertanian organik, teutama berhubungan dengan tanaman kecil dan mempunyai hasil rendah tetapi merupakan tanaman penting seperti sereal.
Sektor oranik membutuhkan dukungan penelitian publik dan pribadi dan aktivitas pra pemuliaan yang menginvestasikan dalam strategi yang memperbarui dasar genetik untuk prgram pemuliaan dan untuk memperbarui konsep varietas. Kerjasama pada level eropa seharusnya menjadi dasar untuk diversifikasi dan adaptasi regional. Meskipun salah satu dapat mengharap bahwa “varietas yang dimuliakan secara organik” akan meningkat jumlahnya di masa depan, hal ini nyata untuk mengira bahwa untuk dekade ke depan, sektor organik akan sangat tergantung pada perbanyakan secara organik tetapi varietas yang dimuliakan secara konvensional.
Peraturan EU 2092/91 sekarang menyetujui definisi benih organik sebagai benih yang diproduksi oleh tanaman yang ditanam dan dikembangkan secara organik paling tidak satu generasi untuk tanaman setahun dan paling tidak dua tahun untuk tanaman dua tahunan dan tanaman tahunan. Hal ini berarti bahwa benih yang tidak diberi perlakuan, yang diproduksi secara konvensional dapat digunakan untuk memproduksi pasar benih organik. Untuk menutup rantai produksi organik dapat diperkirakan bahwa pada saat memelihara varietas secara organik yang cocok untuk sistem pertanian organik juga akan dibutuhkan sebagai langkah menuju pemuliaan tanaman organik.
Saya harap bahwa idiotipe tanaman organik dari konsep varietas bahwa keuntungan ke depan tidak hanya sistem pertanian organik, tetapi juga sistem konvensional yang tidak menggunakan input unsur hara dan pestisida kimia yang tinggi.
Pustaka
Bruggen, A.H.C. van, 1995. Plant disease severity in high-input compared to reduced-input and organic farming systems. Plant Disease 79: 976-984.
Chablé, V., 2003. An approach of organic plant breeding for cabbage and cauliflower. In: E.T.Lammerts van Bueren and K.P Wilbois (Eds.). Proceedings of the 1st ECO-PB international symposium on organic seed production and plant breeding, Berlin 21-22 November 2002. ECO-PB, Frankfurt, www.eco-pb.org. (In preparation)
IFOAM, 2002. Basic standards for organic production and processing. International Federation of Organic Agricultural Movements. Tholey-Theley, Germany. www.ifoam.org.
Groot, S.P.C., 2002. Gezond en vitaal uitgangsmateriaal voor de biologische landbouw – een knelpunten analyse. Rapport nr 44, Plant Research International, Wageningen, 40 pp.
Lammerts van Bueren, E.T., 1994. Zaaizaadvermeerdering in de biologische groenteteelt – een probleemverkennende studie, Louis Bolk Instituut, Driebergen, 54 pp.22
Lammerts van Bueren, E.T., Hulscher, M., Haring, M., Jongerden, J., Mansvelt, J.D. van, Nijs, A.P.M. dan, Ruivenkamp, G.T.P.1999. Sustainable organic plant breeding – a vision, choices, consequences and steps. Louis Bolk Institute, Driebergen, The Netherlands, 60 pp.
Lammerts van Bueren, E., Osman, A. and Bonthuis, H. 2001. Beoordeling, toetsing en toelating van rassen ten behoeve van de biologische landbouw – pilotstudie peen en tarwe. Louis Bolk Institute, Driebergen, 52 pp.
Lammerts van Bueren, E.T., 2002. Organic plant breeding and propagation: concepts and strategies. Louis Bolk Institute, Driebergen, The Netherlands, 210 pp.
Lammerts van Bueren, E.T., Bremer, E.H.G. and Schaap, F.F.J., 2002a. 3e Groene Zadengids 2003. Louis Bolk Institute, Driebergen, The Netherlands, 104 pp.
Lammerts van Bueren, E.T., Struik, P.C. and Jacobsen, E., 2002b. Ecological aspects in organic farming and its consequences for an organic crop ideotype. In: Netherlands Journal of Agricultural Science (In press).
Lammerts van Bueren, E.T., Struik, P.C. and Jacobsen, E., 2002c. The concepts of intrinsic value and integrity of plants in organic plant breeding and propagation. In: E.T. Lammerts van Bueren, Organic plant breeding and propagation: concepts and strategies. Louis Bolk Institute, Driebergen, The Netherlands, pp. 104-132.
Mäder, P., Fliessbach, A., Dubois, D., Gunst, L., Fried, P. and Niggli, U. 2002. Soil fertility and biodiversity in organic farming. Science 296: 1694-1697.
Yussefi, M. and Willer, H. 2002. Organic agriculture worldwide 2002 – statistics and future prospects, SÖL-Sonderausgabe nr. 74, Bad Dürkheim, 160 pp.
Challenging new concepts and strategies for organic plant breeding and propagation
Penulis
E.T. Lammert van Beuren1
1 Louis Bolk Institute, Hoofdstraat 24, NL-3972 LA Driebergen, the Netherlands
Contact: e.lammerts@louisbolk.nl, (+31) 343 523860
Tulisan dipublikasikan pada Eucarpia Leafy Vegetable 2003
(eds. Th. J.L. van Hintum, A. Lebeda, D. Pink, J.W. Schut)
Alih bahasa oleh
Ramadhani Kurnia Adhi, 2009
Abstrak
Pertanian organik adalah sektor yang berkembang dan membutuhkan pengembangan varietas untuk optimalisasi lebih lanjut dari sistem pertaniannya. Peraturan UE 2092/91 tentang pertanian organik yang menetapkan rantai produksi organik yang berarti setelah tahun 2003, benih dan bahan tanaman untuk pertanian organik harus diperbanyak secara organik. Langkah pertama adalah mengidentifikasi varietas terbaik yang ada, yang secara konvensional dimuliakan untuk praktek organik dan perbanyakan secara organik. Idiotipe tanaman adalah instrumen untuk meningkatkan komunikasi petani dengan perusahaan benih mengenai kebutuhan varietas. Pertanian organik tidak hanya fokus pada varietas dengan sifat yang beradaptasi lebih baik secara ekologis tetapi juga varietas yang dimuliakan dan diperbanyak dengan teknik yang sesuai dengan prinsip dasar pertanian organik. The International Federation for Organic Agriculture Movements (IFOAM) telah menyusun konsep standar untuk memberikan arah pada pemuliaan tanaman organik pada semua tingkat tanaman. Prinsip ekologi dan etika menantang sektor pemuliaan untuk mengembangkan konsep dan strategi baru atau tambahan untuk organik, sistem pertanian rendah masukan.
Kata Kunci: pertanian organik, idiotipe tanaman, konsep varietas
Pendahuluan
Pertanian organik mendapat pengakuan yang terus meningkat dari segi sosial, politik dan keilmuan untuk konstribusinya pada pertanian berkelanjutan. Pada skala dunia, 17 juta hektar ditanam secara organik. Australia memimpin dengan 7,7 juta ha diikuti oleh Argentina (2,8 juta ha) dan Italia (1 Juta ha) (Yussefi and Willer, 2002). Wilayah (ha) dengan pertanian organik di Eropa yang telah di kembangkan antara 1998 sampai 2001 seluas 1,3 juta ha. Rata-rata populasi wilayah organik dengan total lahan pada negara-negara uni eropa adalah 2,8 %; untuk belanda 1,9% pada Juli 2002. Karena kebanyakan pemerintah Eropa berusaha keras untuk mengembangkan pertanian organik sampai 10% pada tahun 2010, ada kebutuhan untuk mengembangkan varietas, bukan hanya mengembangkan produksi benih organik tetapi juga melalui pengembangan preogram pemuliaan organik untuk verietas yang beradaptasi lebih baik.
Petani organik mempunyai ketergantungan yang panjang pada varietas konvensional dan produksi benih dan telah menerimanya sampai aspek lain pertanian organik pertama kali dibangun. Petani organik untung dari pengembangan pemuliaan konvensional, tetapi hal ini tidak menyatakan bahwa itu merupakan varietas terbaik untuk digunakan pada sistem pertanian organik. Varietas yang dipasok oleh perusahaan benih konvensional dikembangkan untuk sistem pertanian dengan aplikasi pupuk buatan dan agrokimia yang tinggi. Bagaimanapun, pertanian organik diarahkan pada sistem dengan input rendah dan menahan diri dari masukan agrokimia. Untuk dapat menghindari macam input tersebut, pengembangan dan aplikasi strategi agrekologi diperlukan. Hal ini diperoleh pada dasar sistem pertanian yang berbeda yang dibandingkan dengan pertanian konvensional, terutama dengan memandang pada kesuburan tanah dan pengelolaan hama dan penyakit. Oleh karena itu petani organik membutuhkan varietas (baru) dengan sifat yang berdadaptasi lebih baik dengan petani seperti ini untuk dapat lebih optimis pada sistem pertanian organik.
Bagaimanapun, langkah awal kepada pemuliaan tanaman untuk sistem pertanian organik adalah perbanyakan secara organik pada varietas yang paling cocok yang ada. Sekarang, secara konvensional diproduksi tetapi benih yang tidak diperlakukan secara kimia (setelah Panen) diperbolehkan karena kurangnya benih yang diproduksi secara organik. Agar konsisten dan dapat lebih dipercaya dari konsumen bahwa tidak lagi mengandalkan pada masukan konvensional yang diproduski dengan perlakuan kimia, sektor organik perlu untuk menutup rantai organik, dan dengan demimkian mengembangkan skema yang efisien untuk memproduksi benih yang diproduksi secara organik dan bahan tanam dengan jumlah yang memadai. Peraturan EU 2092/91 menyebutkan benih organik (bahan tanam) sebagai benih (bahan tanam) yang diproduksi dari tanaman yang ditanam dan ditumbuhkan secara organik paling tidak dalam satu generai untuk tanaman setahun dan dua musim tanam untuk tanaman dua tahunan dan tanaman tahunan. Peraturan EU 2092/91 untuk pertanian organik akan mendorong tidak adanya pelanggaran dalam penggunaan benih yang diperbanyak secara konvensional dari tahun 2004 ke depan. Hanya penggunaan benih yang diperbanyak secara organik yang diperbolehkan untuk tanaman terdaftar dimana varietas yang cukup dan jumlahnya tersedia. Beberapa pionir petani dan pemulia organik di negara-negara Eropa yang berbeda mulai memperbanyak varietas yang bebas hak pemulia dan juga memulai program pertanian organik beberapa dekade lalu. Bagaimanapun, sekarang ini penting untuk sektor benih konvensional untuk membuat sebuah komitmen untuk meningkatkan dan menyediakan pasar organik dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik bagi benih yang diperbanyak secara organik dari varietas sekarang.
Dalam tulisan ini akan diberikan gambaran singkat mengenai keadaan seni, tantangan utama, penghalang dan peluang bagi produksi benih organik dan pemuliaan tanaman, menurut prinsip ekologi dan etika pertanian organik.
Bahan dan Metode
Tulisan ini didasarkan pada beberapa proyek penelitian dan pengembangan yang dilakukan sejak 1993 pada Louis Bolk Institute, dengan spesialisasi penelitian untuk pertanian organik, perawatan kesehatan manusia dan nutrisi (Lammert van Bueren, 1994; Lammert van Bueren et.al, 1999; Lammert van Bueren et. Al. 2001; Lammert van Bueren et al. 2002a). Proyek ini termasuk investigasi hambatan perusahaan benih untuk memulai perbanyakan secara organik dari suatu varietas untuk sistem pertanian organik, dan proses mengembangkan kriteria maupun diskusi nasional dan internasional peda penilaian teknik pemuliaan dan perbanyakan yang cocok dengan prinsip pertanian organik. Untuk mempersiapkan ekspo pada tahun 2004, beberapa percobaan varietas di tahun terakhir telah disusun dengan petani organik untuk memulai varietas di bawah kondisi organik dan untuk mendefinisikan idiotipe tanaman. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi sifat varietas yang disukai dalam rangka komunikasi yang lebih baik mengenai kebutuhan pertanian organik kepada perusahaan benih konvensional yang belum dikenal dengan kemungkinan dan batasan sistem pertanian organik (Lammert van Bueren et al. 2001, 2002b). Hasil ini dan gambaran penting telah dimasukkan pada tesis PhD di Wangeningen University (Lammert van Bueren, 2002).
Hasil dan Pembahasan
Ciri-ciri varietas
Sistem pertanian organik bertujuan pada memudahkan tekanan penyakit dengan menghindarkan stress saat pengembangan tanaman. Dengan demikian petani organik bertujuan pada kapasitas keuletan dan daya dukung pada semua level ekosistem lahan organik (lahan, tanam, tingkat varietas), dengan menstimulasi peraturan internal melalui kemampuan agrobiodiversitas di dalam dan di atas tanah, daripada peraturan luar dengan perlindungan kimia. Dengan membandingkan pada sistem pertanian konvensional, hal ini menunjukkan kebutuhan yang besar untuk varietas “dapat diandalkan”, yang berarti varietas dengan fleksibilitas tinggi untuk mengatasi beberapa kondisi. Sekarang petani organik lebih memberikan tekanan pada stabilitas hasil yang lebih tinggi tiap tahunnya dibanding hasil tinggi dengan resiko kehilangan hasil karena rentan terhadap penyakit. Hal ini menunjukkan lebih dari hanya sesudah sifat ketahanan potensial terhadap hama dan penyakit. Langkah petani organik dalam menilai menunjukkan bahwa mereka fokus pada keragaman aspek agroekologi yang menghasilkan idiotipe tanaman organik dengan beberapa arsitektur tanaman tambahan dan pertumbuhan yang dinamis yang dapat secara langsung atau tidak langsung berperan pada stabilitas hasil dan mengurangi resiko kehilangan kulitas dan hasil. Untuk sayuran daun sebagai contoh, penting bagi mereka untuk mempunyai kemampuan tumbuh pada kondisi awal musim semi ketika suhu tanah rendah dan juga mineralisasi unsur hara organik. Perhatian lebih diperlukan untuk dibayarkan pada pengembangan geometri akar yang lebih baik (kedalaman dan sistem perakaran yang baik), untuk lebih efisien dalam penyerapan air dan unsur hara dan kemampuan untuk memelihara pertumbuhan tanaman tanpa cekaman di bawah ketersediaan air dan unsur hara yang berfluktuasi.
Konsekuensi kehilangan akibat hama dan penyakit pada sistem pertanian organik berbeda-beda tergantung pada wilayah, tanaman, struktur tanah dan permintaan pasar. Secara umum, hasil pada pertanian organik 20% lebih rendah karena input nitrogen yang rendah (lebih dari 50% kekurangan nitrogen) dan pada beberapa kasus karena hama dan penyakit (Mader et al. 2002). Optimalisasi lebih lanjut produksi organik dapat didukung jika stabilitas hasil meningkat melalui pengawasan yang lebih baik.
Dari studi komparatif antara sistem konvensional dan sistem organik/input yang dikurangi, van Bruggen (1995) menyatakan bahwa dalam pertanian organik atau input yang dikurangi hama dan penyakit akar umumnya kurang menjadi masalah dibanding penyakit daun, karena perkembangan penyakit daun lebih dipengaruhi oleh faktor iklim. Banyak penyakit akar yang dapat dihilangkan dengan pergiliran tanaman dalam sistem organik. Untuk kebanyakan penyakit tular udara, pengelolaan tanaman yang baik dengan menghindari tekanan akan meningkatkan toleransi suatu tanaman. Bagaimanapun, elemen mendasar dalam sistem pertanian organik adalah untuk mendapatkan keuntungan dan menjaga kesuburan tanah dengan kehidupan tanah yang aktif yang berkonstribusi pada ketersediaan unsur hara, struktur tanah yang baik dan pemupukan tanaman spesifik untuk menyangga dan ketahanan pada pertumbuhan tanaman yang tidak seimbang. Sektor organik kekurangan ketersediaan semprotan “alam”. Hanya sedikit semprotan yang diperbolehkan dalam sektor organik dasar seperti Bacillus thuringiensis, Pyrethrum, dan bukan fokus utama sistem pertanian organik.
Sejak pengembang organik mempunyai beberapa koreksi yang tepat dan cepat , bertentangan dengan kolega konvensionalnya, akan memberikan prioritas yang lebih pada ketahanan varietas terhadap penyakit. Jika ini berhubungan dengan produktivitas yang kurang. Karena beberapa kasus, pengembang organik dapat menjaga tekanan penyakit tetap rewndah dengan rotasi yang banyak dan input nitrogen rendah, fokusnya tidak hanya pada varietas dengan ketahanan terhadap penyakit yang absolut, pada beberapa kasus ketahanan lahan dapat cukup. Hal ini dapat sulit untuk mencapai sayuran daun ketika produk keseluruhan dipanen dan dijual. Bagaimanapun, dalam kasus Bremia, ini berguna meneliti kemungkinan memilih untuk selada tipe tersebut yang memungkinkan jamur pada tahap dimana hanya menginfeksi yang tua, dimana daun terluar tidak dipanen.
Perbanyakan Organik
Dengan beberapa tanaman seperti sereal dan kentang, sektor organik telah memperoleh keuntungan beberapa tahun percobaan dengan perbanyakan oranik dan sejak permulaan tahun 90-an, hampir 100% benih dan umbi yang diproduksi secara organik telah tersedia. Situasi ini hampir berbeda dengan perbanyakan organik benih sayuran. Beberapa perusahaan benih konvensional hanya baru memulai diskusi untuk perbanyakan organik untuk beberapa varietas. Terutama tanaman dua tahun dengan varietas hibrida paling sulit untuk diperbanyak, dan pergiliran campuran sangat diharapkan. Tanpa perlindungan kimiawi, beberapa galur tetua terlalu rentan untuk diperbanyak. Untuk beberapa perusahaan benih, pengalaman praktis menunjukkan bahwa untuk tanaman tahunan, tanaman sayuran dan tanaman menyerbuk silang masalahnya kurang menyulitkan.
Tentu saja ada masalah pasar yang berhubungan dengan wilayah yang terbentang di bawah budidaya organik dan dengan demikian wilayah produksi benih tiap varietas menyebabkan biaya yang tinggi dibanding produksi benih konvensional. Hal ini mengimplikasikan bahwa campuran organik varietas tiap tanaman akan terbatas. Karena masih ada pengalaman yang terbentuk di sekitar benih formal dengan produksi benih organik tanpa input bahan kimia, banyak masalah teknis terjadi. Strategi perbanyakan organik membutuhkan pengembanga langkah yang baik dimulai dengan ketersediaan unsur hara organik, pergiliran tanaman yang baik untuk mengendalikan gulma dan masalah penyakit yang berhubungan dengan tanah, dan menemukan lokasi yang paling baik dengan tekanan penyakit tular udara yang rendah agar hasilnya optimal. Khusus penyakit tular benih dan kualitas benih membutuhkan perhatian dan usaha penelitian lebih lanjut. Selanjutnya, usaha yang besar diperlukan untuk membangun varietas untuk produksi benih yang sulit, menyusun undang-undang untuk pengujian kesehatan benih, menaksir nilai batas dan mendesai penilaian benih organik.
Hasil perkiraan sebuah penyelidikan pengaturan tahun 2002 oleh European Seed Association (ESA) diantara 10 perusahaan benih sayuran Eropa menunjukan bahwa di tahun 2004 benih organik dengan kualitas yang baik dan bahan tanam dengan jumlah yang cukup untuk segmen pasar yang berbeda akan tersedian untuk tnaman paling penting (80%). Panduan benih hijau, yang setiap tahun diedti oleh Louis Bolk Institute, menunjukkan pertumbuhan yang stabil dari varietas yang tersedia. Beberapa perusahaan benih menunggu sampai akhir Januari 2004 sebelum menjual bermacam-macam organik secara komplit, karena itu jumlah varietas akan diperluas dengan pasti (Lammert van Bueren et al., 2002a).
Hal ini dapat diperkirakan bahwa produksi benih organik akan menjadi nyata ketika pengalaman yang lebih dan hasil penelitian diperoleh untuk mengoptimiskan perbanyakan organik benih dan bahan tanam. Selain itu, penting untuk memperbolehkan pengembangan alternatif dan perlakuan benih tambahan. Sebagai contoh, perlakuan air panas atau uap dan penggunaan antagonis atau perlakuan aplikasi bahan alam seperti bubuk mustrad sudah tersedia (Groot, 2002). Penting untuk memastikan komitmen perusahaan benih adalah komunikasi yang baik dan komitmen bersama petani, penjual, pemulia dan pemerintah. Saat ini, bagaimanapun, aspek paling penting untuk komitmen bagi perusahaan benih dan pengembang organik adalah melaksanakan undang-undang EU dengan seksama. Untuk tanaman dengan campuran yang cukup, jumlah dan kualitas benih dan bahan tanam, pelanggaran untuk penggunaan benih konvensional seharusnya tidak diperbolehkan setelah 2003.
Pemuliaan Tanaman Organik
Dalam jangka pendek dan menengah, idiotipe tanaman tiap tanaman di tiap segmen pasar dapat membantu dalam seleksi varietas terbaik yang tersedia diantara yang ada dan juga dapat diperbanyak secara organik. Dalam jangka panjang, pemulia dapat mempengaruhi pengembangan lebih lanjut dari produksi benih yang tidak hanya dengan diperbanyak secara organik yang paling cocok dengan varietas yang ada, tetapi juga dengan memindahkan sifat-sifat organik pada program pemuliaan ke depan. Karena pasarnya kecil, adaptasi pertanian organik tidak mendapat prioritas yang cukup dalam program pemuliaan konvensional sampai sekarang. Pada beberapa kasus gen pool baru dan yang sudah diperluas seharusnya dibangun dengan persilangan komposit atau populasi diantara sejumlah besar tetua/varietas terpilih untuk menjadi genotipe yang beradaptasi lebih baik. Chable (2003) baru-baru ini mempresentasikan program pemuliaan organik – INRA untuk Brassica yang berasal dari populasi baru. Karena perkiraan interaksi tanaman x lingkungan x pengelolaan yang luas di bawah kondisi input rendah (organik) pada pertanian organik, langkah yang paling efisien adalah memilih seawal mungkin pada proses seleksi.
Sepanjang p[encarian strategi pemuliaan yang baru untuk sistem pemuliaan organik ada sebuah diskusi yang terus dilakukan mengenai teknik pemuliaan mana yang cocok dengan prinsip ekologi dan etika dalam pertanian organik. Diskusi ini dimulai saat rekayasa genetika menjadi penting dalam pemuliaan dan petani organik menyadari bahwa mereka tidak hanya terkait dengan sifat varietas tertapi juga bagaimana varietas itu dimuliakan dan diperbanyak. Tahun 1997, kementrian pertanian Belanda menanyakan kepada Louis Bolk Institute untuk membuat kriteria dan menaksir semua teknik pemuliaan yang cock dengan prinsip ekologi dalam pertanian organik (Lammert van Bueren et al., 1999). Dalam Lammert van Bueren et al. (2002c) teknik pemuliaan dan perbanyakan yang ditaksir dari prinsip etika pertanian organik menhormati perpaduan tanaman berdasarkan kemampuan dan halangan reproduktif secara alami, dan hubungan mereka dengan kehidupan tanah. Organisasi dunia yang menangani pertanian organik IFOAM (International Federation for Organic Agriculture Movements) telah memaparkan naskah resmi mengenai definisi dan standar untuk pemuliaan tanaman organik dan tekanannya, dan telah membuat arah untuk pengembangan dan diskusi lebih lanjut (IFOAM, 2002). Secara ringkas, standar ini menjadi masukan bahwa program pemuliaan organik tidak harus didasarkan pada teknik in vitro atau modifikasi genetik.
Harapan
Sektor organik menantang sektor benih konvensional untuk membangun tambahan dan pendekatan baru untuk pemuliaan tanaman organik dan perbanyakannya. Pemuliaan tanaman organik tidak harus mempertimbangkan strategi yang hanya tidak memasukkan beberapa teknik, tetapi satu hal penting yang dapat membuka pandangan baru untuk mengembangkan varietas organik pada arah yang sekarang mendapat perhatian.
Wilayang yang terbatas dari pertanian organik akan menjadi leher botol dalam perhatian ekonomi dalam membangun program pemuliaan spesifik untuk sistem pertanian organik, teutama berhubungan dengan tanaman kecil dan mempunyai hasil rendah tetapi merupakan tanaman penting seperti sereal.
Sektor oranik membutuhkan dukungan penelitian publik dan pribadi dan aktivitas pra pemuliaan yang menginvestasikan dalam strategi yang memperbarui dasar genetik untuk prgram pemuliaan dan untuk memperbarui konsep varietas. Kerjasama pada level eropa seharusnya menjadi dasar untuk diversifikasi dan adaptasi regional. Meskipun salah satu dapat mengharap bahwa “varietas yang dimuliakan secara organik” akan meningkat jumlahnya di masa depan, hal ini nyata untuk mengira bahwa untuk dekade ke depan, sektor organik akan sangat tergantung pada perbanyakan secara organik tetapi varietas yang dimuliakan secara konvensional.
Peraturan EU 2092/91 sekarang menyetujui definisi benih organik sebagai benih yang diproduksi oleh tanaman yang ditanam dan dikembangkan secara organik paling tidak satu generasi untuk tanaman setahun dan paling tidak dua tahun untuk tanaman dua tahunan dan tanaman tahunan. Hal ini berarti bahwa benih yang tidak diberi perlakuan, yang diproduksi secara konvensional dapat digunakan untuk memproduksi pasar benih organik. Untuk menutup rantai produksi organik dapat diperkirakan bahwa pada saat memelihara varietas secara organik yang cocok untuk sistem pertanian organik juga akan dibutuhkan sebagai langkah menuju pemuliaan tanaman organik.
Saya harap bahwa idiotipe tanaman organik dari konsep varietas bahwa keuntungan ke depan tidak hanya sistem pertanian organik, tetapi juga sistem konvensional yang tidak menggunakan input unsur hara dan pestisida kimia yang tinggi.
Pustaka
Bruggen, A.H.C. van, 1995. Plant disease severity in high-input compared to reduced-input and organic farming systems. Plant Disease 79: 976-984.
Chablé, V., 2003. An approach of organic plant breeding for cabbage and cauliflower. In: E.T.Lammerts van Bueren and K.P Wilbois (Eds.). Proceedings of the 1st ECO-PB international symposium on organic seed production and plant breeding, Berlin 21-22 November 2002. ECO-PB, Frankfurt, www.eco-pb.org. (In preparation)
IFOAM, 2002. Basic standards for organic production and processing. International Federation of Organic Agricultural Movements. Tholey-Theley, Germany. www.ifoam.org.
Groot, S.P.C., 2002. Gezond en vitaal uitgangsmateriaal voor de biologische landbouw – een knelpunten analyse. Rapport nr 44, Plant Research International, Wageningen, 40 pp.
Lammerts van Bueren, E.T., 1994. Zaaizaadvermeerdering in de biologische groenteteelt – een probleemverkennende studie, Louis Bolk Instituut, Driebergen, 54 pp.22
Lammerts van Bueren, E.T., Hulscher, M., Haring, M., Jongerden, J., Mansvelt, J.D. van, Nijs, A.P.M. dan, Ruivenkamp, G.T.P.1999. Sustainable organic plant breeding – a vision, choices, consequences and steps. Louis Bolk Institute, Driebergen, The Netherlands, 60 pp.
Lammerts van Bueren, E., Osman, A. and Bonthuis, H. 2001. Beoordeling, toetsing en toelating van rassen ten behoeve van de biologische landbouw – pilotstudie peen en tarwe. Louis Bolk Institute, Driebergen, 52 pp.
Lammerts van Bueren, E.T., 2002. Organic plant breeding and propagation: concepts and strategies. Louis Bolk Institute, Driebergen, The Netherlands, 210 pp.
Lammerts van Bueren, E.T., Bremer, E.H.G. and Schaap, F.F.J., 2002a. 3e Groene Zadengids 2003. Louis Bolk Institute, Driebergen, The Netherlands, 104 pp.
Lammerts van Bueren, E.T., Struik, P.C. and Jacobsen, E., 2002b. Ecological aspects in organic farming and its consequences for an organic crop ideotype. In: Netherlands Journal of Agricultural Science (In press).
Lammerts van Bueren, E.T., Struik, P.C. and Jacobsen, E., 2002c. The concepts of intrinsic value and integrity of plants in organic plant breeding and propagation. In: E.T. Lammerts van Bueren, Organic plant breeding and propagation: concepts and strategies. Louis Bolk Institute, Driebergen, The Netherlands, pp. 104-132.
Mäder, P., Fliessbach, A., Dubois, D., Gunst, L., Fried, P. and Niggli, U. 2002. Soil fertility and biodiversity in organic farming. Science 296: 1694-1697.
Yussefi, M. and Willer, H. 2002. Organic agriculture worldwide 2002 – statistics and future prospects, SÖL-Sonderausgabe nr. 74, Bad Dürkheim, 160 pp.
Persemaian Wadai Batatak
Kemudahan dalam berusahatani merupakan suatu hal yang disukai oleh petani. Sudah sejak dulu petani mencoba hal-hal baru untuk mendapatkan suatu metode yang mudah dan efisien dalam bercocok tanam. Contohnya dalam pengolahan lahan. Dahulu petani mengolah lahan dengan menggunakan cangkul. Sejak diperkenalkannya mesin pertanian berupa traktor, beberapa petani beralih mengunakan alat tersebut untuk mengolah lahannya. Penggunaan alat tersebut dinilai lebih efisien karena lebih cepat dalam pengolahan lahan.
Begitu juga dalam persemaian terutama untuk tanaman hortikultura semusim seperti tomat dan lombok. Teknik persemaian yang banyak digunakan saat ini kurang efisien baik dari segi waktu maupun biaya. Contohnya untuk membuat persemaian dengan menggunakan kantong plastik kecil untuk 8000 bibit, membutuhkan waktu sekitar 8 hari dengan tenaga 3 orang mulai dari melubangi plastik, mengisi plastik sampai menanam benih. Sedangkan dengan persemaian menggunakan daun (daun digulung kemudian ditusuk mengguakan lidi) juga membutuhkan waktu sekitar 8 hari dengan tenaga 3 orang mulai menggulung daun, mengisi tanah, dan menanam benih.
Teknik “Wadai Batatak”
Keadaan diatas tentunya cukup merugikan dari segi waktu dan biaya. Oleh karena itu, diperlukan suatu terobosan teknologi yang lebih efisien dalam persemaian tanaman hortikultura semusim seperti tomat dan lombok.
Adalah pak Bustami, petani dari Desa Telaga Langsat, Kecamatan Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan yang menggunakan teknik “Wadai Batatak” (bahasa banjar bahasa indonesia: kue yang dipotong-potong) untuk persemaian hortikulturanya. Menurut pengakuannya, teknik ini sangat efisien karena tidak membutuhkan banyak waktu, tenaga dan biaya. Menurut dia, dengan teknik ini, dengan dua orang tenaga kerja dapat membuat persemaian sebanyak 8000 bibit dalam waktu 2-3 hari. Karena kemudahan tersebut, teknik ini sudah dipakai di desanya dan desa-desa sekitarnya.
Membuat persemaian
Bagaimana membuat persemaian dengan teknik ini? Membuat persemaian dengan teknik ini sangat mudah. Pertama-tama siapkan tempat membuat persemaian berupa tanah yang datar. Kemudian diatas tanah tersebut dihamparkan plastik. Diatas plastik tersebut diletakkan bingkai dari kayu dengan ukuran 1x1 m dengan tinggi 6 cm.
Selanjutnya menyiapkan media persemaian yaitu berupa tanah dan bokashi dengan perbandingan 1:1. Tanah dan bokashi dicampur sampai rata, kemudian dicampur air sampai menyerupai adukan semen. Selanjutnya, adonan tersebut diratakan sengan menggunakan cetok seperti orang meratakan adukan semen dengan tebal sekitar 5 cm. Setelah itu, cetakan dibiarkan mengering sekitar 1 malam.
Gambar 1. Persemaian “wadai batatak”
Hari berikutnya, cetakan sudah dapat dipotong-potong. Ukuran potongan adalah 4x4 cm sehingga dalam 1 m persegi akan didapatkan 625 potongan. Dengan bantuan penggaris, cetakan dipotong-potong dengan menggunakan pisau (jika ada menggunakan pisau stainles steel karena lebih rapi). Selanjutnya tiap potongan dilubagi dengan menggunakan kayu dan lubang tersebut diisi dengan biji. Setelah semua terisi, diatas persemaian ditutup dengan lapisan tipis bokashi. Jangan lupa untuk membuat naungan di atas persemaian.
Setelah bibit cukup umur (kurang lebih 20 sampai 30 hari) dan siap pindah, cara mengambil tiap-tiap persemaian cukup mudah. Kita dapat mencongkel menggunakan parang. Tiap-tiap potongan akan terlepas dengan mudah. Kemudian kita dapat memindahkan bibit ke lapangan dengan menggunakan wadah.
Kelemahan
Meskipun teknik ini mempunyai banyak keuntungan, tetapi ada satu kelemahan menggunakan teknik ini. Apabila menggunakan teknik ini, pemindahan ke lapangan tidak boleh tertunda. Apabila terlambat memindah bibit, tanaman akan semakin besar dan akar akan saling terkait. Akibatnya persemaian sulit dibongkar sehingga potongan-potongan media akan pecah.
Lebih efisien
Meskipun terdapat kelemahan, hal tersebut dapat dihilangkan dengan manajemen yang baik. Dengan menepati jadwal pananaman, kita dapat menghilangkan kelemahan tersebut. Jadi dengan persemaian “wadai batatak” lebih efisien dibandingkan teknik persemaian yang lain.
Begitu juga dalam persemaian terutama untuk tanaman hortikultura semusim seperti tomat dan lombok. Teknik persemaian yang banyak digunakan saat ini kurang efisien baik dari segi waktu maupun biaya. Contohnya untuk membuat persemaian dengan menggunakan kantong plastik kecil untuk 8000 bibit, membutuhkan waktu sekitar 8 hari dengan tenaga 3 orang mulai dari melubangi plastik, mengisi plastik sampai menanam benih. Sedangkan dengan persemaian menggunakan daun (daun digulung kemudian ditusuk mengguakan lidi) juga membutuhkan waktu sekitar 8 hari dengan tenaga 3 orang mulai menggulung daun, mengisi tanah, dan menanam benih.
Teknik “Wadai Batatak”
Keadaan diatas tentunya cukup merugikan dari segi waktu dan biaya. Oleh karena itu, diperlukan suatu terobosan teknologi yang lebih efisien dalam persemaian tanaman hortikultura semusim seperti tomat dan lombok.
Adalah pak Bustami, petani dari Desa Telaga Langsat, Kecamatan Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan yang menggunakan teknik “Wadai Batatak” (bahasa banjar bahasa indonesia: kue yang dipotong-potong) untuk persemaian hortikulturanya. Menurut pengakuannya, teknik ini sangat efisien karena tidak membutuhkan banyak waktu, tenaga dan biaya. Menurut dia, dengan teknik ini, dengan dua orang tenaga kerja dapat membuat persemaian sebanyak 8000 bibit dalam waktu 2-3 hari. Karena kemudahan tersebut, teknik ini sudah dipakai di desanya dan desa-desa sekitarnya.
Membuat persemaian
Bagaimana membuat persemaian dengan teknik ini? Membuat persemaian dengan teknik ini sangat mudah. Pertama-tama siapkan tempat membuat persemaian berupa tanah yang datar. Kemudian diatas tanah tersebut dihamparkan plastik. Diatas plastik tersebut diletakkan bingkai dari kayu dengan ukuran 1x1 m dengan tinggi 6 cm.
Selanjutnya menyiapkan media persemaian yaitu berupa tanah dan bokashi dengan perbandingan 1:1. Tanah dan bokashi dicampur sampai rata, kemudian dicampur air sampai menyerupai adukan semen. Selanjutnya, adonan tersebut diratakan sengan menggunakan cetok seperti orang meratakan adukan semen dengan tebal sekitar 5 cm. Setelah itu, cetakan dibiarkan mengering sekitar 1 malam.
Gambar 1. Persemaian “wadai batatak”
Hari berikutnya, cetakan sudah dapat dipotong-potong. Ukuran potongan adalah 4x4 cm sehingga dalam 1 m persegi akan didapatkan 625 potongan. Dengan bantuan penggaris, cetakan dipotong-potong dengan menggunakan pisau (jika ada menggunakan pisau stainles steel karena lebih rapi). Selanjutnya tiap potongan dilubagi dengan menggunakan kayu dan lubang tersebut diisi dengan biji. Setelah semua terisi, diatas persemaian ditutup dengan lapisan tipis bokashi. Jangan lupa untuk membuat naungan di atas persemaian.
Setelah bibit cukup umur (kurang lebih 20 sampai 30 hari) dan siap pindah, cara mengambil tiap-tiap persemaian cukup mudah. Kita dapat mencongkel menggunakan parang. Tiap-tiap potongan akan terlepas dengan mudah. Kemudian kita dapat memindahkan bibit ke lapangan dengan menggunakan wadah.
Kelemahan
Meskipun teknik ini mempunyai banyak keuntungan, tetapi ada satu kelemahan menggunakan teknik ini. Apabila menggunakan teknik ini, pemindahan ke lapangan tidak boleh tertunda. Apabila terlambat memindah bibit, tanaman akan semakin besar dan akar akan saling terkait. Akibatnya persemaian sulit dibongkar sehingga potongan-potongan media akan pecah.
Lebih efisien
Meskipun terdapat kelemahan, hal tersebut dapat dihilangkan dengan manajemen yang baik. Dengan menepati jadwal pananaman, kita dapat menghilangkan kelemahan tersebut. Jadi dengan persemaian “wadai batatak” lebih efisien dibandingkan teknik persemaian yang lain.
Tarap
Aku baru mengenal buah ini setelah aku tinggal di Kalimantan. Buah ini bernama Tarap (nama latinnya Artocarpus odoratissimus). Buah ini merupakan keluarga Moraceae yang masih berkeluarga dengan kluwih, sukun, cempedak dan nangka. Pohonnya seperti sukun, cuma saja bentuk daunnya bulat.
Ini lho gambar Tarap
Ini lho gambar Tarap
Langganan:
Postingan (Atom)